Jumat, 30 September 2011

Isra dan Mi'raj


ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
By. Kanak Sejomank 2010

  1. LATAR BELAKANG TERJADINYA
Sebelum terjadinya isra’ mi’raj, ada beberapa peristiwa yang terjadi antara lain :
1.      Piagam Pembaikotan oleh kaum Quraisy
Masuk islamnya Umar bin Khattab dan hamzah membuat kaum Quraisy menjadi takut, lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Setelah sepakat, mereka membuat ketentuan tertulis dengan persetujuan bersama mengadakan pemboikotan total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abd'l-Muttalib: untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka'bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka'bah. Menurut perkiraan mereka, politik yang negatif, politik membiarkan orang kelaparan dan melakukan pemboikotan begini akan memberi hasil yang lebih efektif daripada politik kekerasan dan penyiksaan, sekalipun kekerasan dan penyiksaan itu tidak mereka hentikan. Blokade-blokade yang dilakukan Quraisy terhadap kaum Muslimin dan terhadap Banu Hasyim dan Banu Abd'l Muttalib sudah berjalan selama dua atau tiga tahun, dengan harapan sementara itu Muhammadpun akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Dengan demikian dia dan ajarannya itu tidak lagi berbahaya.
2.      Meninggalnya abu thalib dan khadijah
Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami dukacita yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Talib dan Khadijah secara berturut-turut. Waktu itu Abu Talib sudah berusia delapanpuluh tahun lebih. Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir hayatnya, mereka merasa kuatir apa yang akan terjadi nanti antara mereka dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Apalagi sesudah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang dan keras.
Ketika Abu Talib meninggal hubungan Muhammad dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.
Dan sesudah Abu Talib, disusul pula dengan kematian Khadijah, Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah-lembut, dengan hati yang bersih, dengan kekuatan iman yang ada padanya. Khadijah, yang dulu menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh kasih sayang. Pada kedua mata dan bibirnya Muhammad melihat arti yang penuh percaya kepadanya, sehingga ia sendiripun tambah percaya kepada dirinya. Abu Talibpun meninggal, orang yang menjadi pelindung dan perisai terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih, begitu pedih menusuk jiwa Muhammad 'alaihissalam?! Yang pasti, dua peristiwa itu akan meninggalkan luka parah dalam jiwa orang - yang bagaimanapun kuatnya - akan menusukkan racun putus asa kedalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih dan duka, akan dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah, tak dapat berpikir lain di luar dua peristiwa yang sangat mengharukan itu.
3.      Penolakan Penduduk Ta’if
Terasing seorang diri, ia pergi ke Ta'if, dengan tiada orang yang mengetahuinya. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dan suaka dari Thaqif terhadap masyarakatnya sendiri, dengan harapan merekapun akan dapat menerima Islam. Tetapi ternyata mereka juga menolaknya secara kejam sekali. Kalaupun sudah begitu, ia masih mengharapkan mereka jangan memberitahukan kedatangannya minta pertolongan itu, supaya jangan ia disoraki oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun tidak didengar. Bahkan mereka menghasut orang-orang pandir agar bersorak-sorai dan memakinya.
Karena begitu banyaknya musibah yang terjadi kepada Nabi Muhammad SAW pada tahun tersebut, maka tahun itu di namakan Ammul Huzni (tahun duka cita/kesedihan).

  1. ARTI ISRA’ MI’RAJ
Dalam beberapa buku pengertian isra’ dan mi’raj itu beragam. Tapi dapat kita simpulkan menjadi pengertian sederhana yang dapat di mengerti oleh setiap masyarakat.
Isra’ adalah berjalan malam hari dari mekkah ke baitul maqdis (Palastina) dan mi’raj itu adalah naiknya rasulullah ke langit, sampai ke langit ke tujuh dan bahkan sampai ke tempat yang lebih tinggi, yaitu sidaratul muntaha dan mustawa.
Hal ini di lakukan oleh nabi Muhammad Saw, dnegan ditemani oleh malaikat jibril setahun sebelum hijrah dari mekkah ke madinah yaitu pada malam senin 27 rajab, bertepatan dengan tahun 621 M.

  1. ISRA’ MI’RAJ DENGAN RUH DAN TUBUH
I’tiqad umat islam ahlussunnah wal jama’ah mengi’tiqadkan bahwa nabi isra’ dan mi’raj dengan ruh dan jasad, di waktu sadar, bukan dalam mimpi dan diwaktu tidur atau oleh ruh saja tanpa tubuh/ jasad. Inilah I’tiqad atau kepercayaan jumhur ulama umat islam di atas dunia ini sampai sekarang.
Dalil-dalil yang dapat kita pergunakan dalam hal ini adalah :
1.      Firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 1 :
سبحن الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الأقصا الذي بركنا حوله لنريه منايتنا, انه هوالسميع البصير (الإسراء :1)
Artinya :
Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (nabi Muhammad Saw) pada suatu malam dari Masjid al-haram sampai ke masjid al-aqsa  yang kami berkati sekelilingnya, untuk kami perlihatkan kepadanya ayat-ayat kami , sesungguhnya tuhan mendengar lagi melihat” (Al-Asra:1)
Dalam ayat ini ada beberapa hal yang harus kita cermati, yaitu :
a.       Ayat ini dimulai dengan kalimat “سبحن”, artinya Maha Suci Tuhan. Ini dianggap perlu supaya jangan ada anggapan bahwa nabi Muhammad Saw, anak-Nya karena beliau dipaggil ke langit. Maka dikatakan lebih dahulu “amat suci tuhan dari mempunyai anak”.
b.      Nabi Muhammad Saw di panggil melakukan isra’ dan mi’raj bukan hanya kemauan beliau, tetapi di apnggil oleh tuhan. Dalam ayat ini dikatakan asraa’ yaitu memperjalankan atau memerintahkan hamba-Nya berjalan malam hari.
Oleh karena itu sekalian perjalanan dalam isra’ dan mi’raj tidak sulit untuk dilakukan, ibarat seseorang yang dipanggil dan dijemput menghadap raja, tidak seorang pun yang dapat menghalanginya.
c.       Perjalanan dilakukan malam. Hamba itu adalah kumpulan dari tubuh dan ruh. isra’ dan mi’raj dilakukan pada malam hari, karena perjalanan malam hari lebih sunyi, lebih aman dan lebih tenang.
d.      Untuk melihat-lihat kebesaran Tuhan. isra’ dan mi’raj dilakukan untuk melihat-lihat ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran Tuhan. Untuk melihat ruang angkasa dan isinya. Dalam istilah zaman sekarang adalah untuk meninjau.
e.       Andai kata isra’ dan mi’raj dalam mimpi maka itu tidak ada artinya sama sekali sebagai mu’jizat, karena setiap orang boleh bermimpi dan tidak akan merayakan dan mengagungkan mimpi. Kalau orang islam di seluruh dunia merayakan isra’ dan mi’raj malam 27 rajab atau mengagungkan malam itu berupa beribadat kepada Allah, itu menandakan bahwa perjalanan itu bukan perjalanan mimpi tapi perjalanan dengan tubuh dan ruh dalam keadaan yang sadar.
2.      Hadis rasulullah pada sahih muslim :
عن انس بن مالك, ان رسول الله ص م قل , اتيت با لبراق وهو دابة أبيض طويل فوق الحمارودون البغل يضع حافره عندمنهى طرفه قل فركبته حتى أتيت بين المقدس قل فربطته با لحلقة التى يربط به الأنبياء (الحديث,رواه مسلم صحيحى مسلم)
Artinya :
“Dari Anas bin Malik, bahwasanya rasulullah Saw, berkata : “Dibawa Boraq kepada saya, seekor hewan yang putih dan panjang, lebih besar dari himar dan lebih kecil dari bagal. Ia meloncat sejauh pemandangan, saya kendarai ia sampai ke Baitul Maqdis. Maka saya ikatkan ia dipautan dimana nabi-nabai memautkan kendaraannya”.
(Hadist riwayat Imam Muslim)
Di dalam hadist ini terang-terang dikatakan bahwa nabi Muhammad Saw, pada malam isra’ itu mengaendarai boraq yaitu seekor hewan yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal.
Kalau isra’ itu hanya dengan mimpi tentulah tidak memerlukan kendaraan. Mungkin ada orang yang berkata bahwa nabi Muhammad Saw, pada malam mi’raj bermimpi mengendarai buraq. Kita sudah melihat dan memperhatikan seluruh kitab hadist dimana tidak ada suatu pun yang mengatakan bahwa nabi menyatakan bahwa beliau bermimpi menegebdarai boraq. Yang dikatakan nabi adalah bahwa beliau bermimpi mengendarai boraq.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari bahwa dalil dari al-qur’an dan hadist tidak ada sama sekali menyatakan bahwa nabi Muhammad Saw, bermimmpi pada malam Mi’raj. Itu adalah ucapan jempol dari orang-orang yang anti Mi’raj.

  1. PERINTAH MENERIMA SHOLAT SAAT ISRA’ DAN MI’RAJ
Nabi Muhammad Saw isra’ dan mi’raj di panggil sendiri kehadirat Allah SWT tidak sebagai perinta-perintah yang lainnya yang cukup dengan perantaraan wahyu yang dibawa oleh malaikat jibril kemudian di sampaikan kepada nabi Muhammad Saw, imi menunjukkan kalau perinrah shplat lima waktu itu sangat penting merupakan ragam iman, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat at-taubah ayat 71 yang berbunyi:

Artinya :
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mngerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan rasul-Nya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.
Ayat ini menyatakan bahwa orang-orang yang beriman itu wajib tolong menolong, melakukan amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, serta mentaati Allah dan rasul. Dan ayat ini menerangkan bahwa sholat itu terasuk merupakan rangkaian iman yang barang siapa yang melakukannya termasuk muslim yang benar dan sungguh-sungguh menegakkan perumahan atau tiang agama. Karena itu orang yang tidak sholat dan tidak takut kepada Allah di pandang bukan seorang muslim yang sejati. Oleh karena itu janganlah kita sekali kali meninggalkan sholat.

0 komentar:

Posting Komentar