Jumat, 30 September 2011

Makalah Pengelolaan Kelas



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas perlu sekali adanya suatu penciptaan lingkungan yang memungkinkan anak dapat belajar  dengan tenang tanpa ada gangguan-gangguan, sehingga tujuan yang telah kita tetapkan dapat tercapai. Untuk itu diperlukan siatu kebijaksanaan dari guru untuk dapat menguasai situasi kelas, mulai dari kedisiplinan anak itu sendiri, pengaturan jam belajar yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan, pengaturan ruangan, pengaturan media yang di perlukan, peggunaan metode belajar dan penguasaan guru terhadap bahan yang akan di sampaikan.
Semua kegiatan di atas merupakan suatu pengelolaan yang tidak mudah dilakukan oleh guru, semua itu membutuhkan pengelolaan yang cermat, teliti dan teratur.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk menguraikan tentang pendekatan yang akan di gunakan oleh seorang guru dalam hal pengelolaan kelas yang dapat memberikan ketenangan belajar kepada siswa.

B.     RUMUSAN MASALAH
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yakni “Mengajar dan Mengelola kelas”. Kegiatan mengajar di masudkan secara lansung menggiatkan siswa untuk mencapai tujuan sedangkan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan kelas agar belajar dapat berlangsung efektif dan efisien.
Permasalahan yang dihadapai guru dikelas pun menyangkut dua kegiatan tadi yakni permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan mengajar dan berhubungan dnegan pengelolaan kelas. Hal ini tampaknya sederhana, padahal tidak jarang terjadi seorang guru menangani masalah yang bersifat pengajaran tetapi pemecahannya dengan hal-hal yang bersifat pengelolaan kelas dan sebaliknya. Kita ambil sebagi contoh : seorang guru berusaha menyajikan pelajaran dnegan cara yang lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk mengahadiri pelajarannya, padahal siswa tersebut tidak masuk karena merasa tidak diterima oleh teman-temannya di dalam kelas kelompok yang telah dibuat.
Membuat pelajaran lebih manarik adalah maslah pengajaran sedang diterima atau tidak diterima oleh teman sekelasnya adalah masalah pengelolaan kelas yang harus membutuhkan pengeyelesaian agar siswa tersebut dapata mengikuti pelajaran sebagaimana teman-temannya yang lain.
Banyak sekali permasalahan dalam hala pengelolaan kelas yang harus dipecahkan dengan yang bersifat pengelolaan agar maslah tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    MACAM-MACAM PENDEKATAN PENGELOLAN KELAS
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
a)      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
b)      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
c)      Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d)     Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
e)      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
f)       Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
g)      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
h)      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
i)        Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Drs. Lalu Muhammad Azhar ( 1993), dalam bukunya Proses Belajar Mengajar menyebutkan beberapa pendekatam untuk menangani maslah pengelolan kelas :
a.      Pendekatan anjuran dan larangan (untuk guru sendiri)
1.      Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
2.      Jangan menggunakan nada suara yang tinggi dalam memberikan peringatan.
3.      Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa
4.      Jangan pilih kasih
5.      Buktikan terlebih dahulu siswa itu bersalah sebelum memberikan hukuman
6.      Patuhilah atura-aturan yang telah di tetapkan
b.      Pendekatn pengutan tingkah laku
Jika tingkah laku tertenttu diberikan ganjaran maka tingkah laku itu cenderung di teruskan. Tingkah laku yang diperkuat adalah yang positif dengan ganjaran agar perbuatan itu diteruskan, sedangkan yang negative dengan ganjaran yang bersifat menguarangi atau meniadakan peransang kenegatifan itu.
c.       Pendekatan iklim sosio-emosioal
Pendekatan ini di banngun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi hubungan baik antara guru dan sisiwa dengan siswa. Hubungan guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa terutama sekali dipengaruhi oleh (1) keterbuakaan/sikap tidak pura-pura, (2) penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa, dan (3) simpati guru terhadap siswa-siswanya.
d.      Pendekatan proses kelompok
Dalam pendekatan ini, peranana guru adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan berorientasi pada tujuan kelompok. Bila guru menangani tingkah laku yang menyimpang melalui pendekatan ini tujuannya adalah untuk membantu kelompok itu betangung jawab atas perbuatan anggota-anggota.

B.     SIKAP GURU DALAM PENDEKATAN PENGELOLAN KELAS
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas hendaknya guru bersikap seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006 : 185) yaitu :
(1)   Hangat dan antusias, guru yang hangat dan akrab pada siswa akan menunjukkan antusias pada tugasnya,
(2)   Menggunakan kata – kata, tindakan, cara kerja dan bahan – bahan yang menantang akan meningkatkan kegairahan siswa untuk belajar,
(3)   Bervariasi dalam penggunaan alat atau media pola interaksi antara guru dan siswa,
(4)   Guru luwes untuk mengubah strategi mengajarnya,
(5)   Guru harus menekankan pada hal – hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal – hal yang negatif dan
(6)   Guru harus disiplin dalam segala hal.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa.
Menurut Mulyasa (2006:3) Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional.

C.     CONTOH PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS
pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:
  1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
  2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
  1. ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
  2. proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekwensi) tertentu. Ada empat kategori dasar dari akibat:
  1. apabila ganjaran diberikan,
  2. apabila hukuman diberikan,
  3. apabila ganjaran dihentikan, dan
  4. apabila hukuman dihentikan.
Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention) atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi munculnya tingkah laku tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi pemunculan tingkah laku itu menurun.
Contoh:
Jamilus menyerahkan kepada guru laporan yang kurang rapi (tingkah laku siswa). Guru memahami Jamilus karena tidak memperhatikan kerapian laporan itu, mengatakan bahwa laporan yang tidak rapi sukar dibaca dan menyuruh Jamilus menulis laporan itu kembali (hukuman). Untuk laporan-laporan selanjutnya, Jamilus telah memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang mendapatkan hukuman itu menurun). Penghilangan adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguatan positif). Penghilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
Contoh:
Susi, yang laporan-laporan sebelumnya memperoleh pujian dari guru, menyerahkan kepada guru laporan yang rapi (tingkah laku siswa yang sebelumnya mendapat penguatan). Guru menerima laporan itu dan setelah dibaca mengembalikan laporan itu tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif). Untuk laporan-laporan berikutnya Susi menjadi kurang rapi (frekuensi tingkat laku yang telah dikuatkan menurun). Penundaan merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualian pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksudkan itu.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku menurun).
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Jamilus adalah salah seorang siswa yang harus menerus menyerahkan kepada guru laporan-laporan yang ditulis dengan tidak rapi. Meskipun guru terus menerus menegur dan memarahinya, laporan-laporan Jamilus itu tidak lebih baik. Pada suatu ketika Jamilus menyerahkan laporan yang agak rapi. Guru menerima laporan Jamilus itu tanpa komentar dan tanpa teguran atau marah yang selama ini ditempatkan kepadanya (peniadaan hukuman). Selanjutnya, laporan-laporan Jamilus menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku meningkat).
Dapat diringkaskan, guru dapat menumbuhkan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa melalui penerapan penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran dan penguatan negatif yaitu peniadaan hukuman. Guru dapat mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan pada diri siswa melalui penerapan penghukuman, yaitu pemberian perangsang yang tidak mengenakkan; penghilangan yaitu menahan pemberian ganjaran yang biasanya diberikan dan penundaan, yaitu mengecualikan siswa dari pemberian ganjaran tertentu. Perlu diingat bahwa penerapan masing-masing jenis akibat (konsekuensi) itu berkaitan dengan diterus atau dihentikannya penampilan suatu tingkah laku di masa depan. Jika guru memberikan penguatan terhadap perbuatan yang menyimpang, maka besar kemungkinan perbuatan yang menyimpang itu akan diulangi atau diteruskan; dan sebaliknya, apabila guru menghukum tingkah laku yang baik, maka besar kemungkinan perbuatan yang sebenarnya baik it akan dihentikan penampilannya
Ganjaran bagi seorang siswa mungkin memang merupakan ganjaran, tetapi bagi siswa lainnya justru merupakan hukuman. Tanggapan guru terhadap tingkah laku siswa yang dimaksudkan sebagai pujian dan ganjaran, dirasakan oleh siswa sebagai hukuman dan sebaliknya, yang dimaksudkan sebagai hukuman justru seringkali terjadi. Seringkali siswa melakukan tindakan yang menyimpang untuk menarik perhatian orang lain. Tanggapan guru yang berupa marah atau omelan, bagi siswa yang haus akan perhatian orang lain dirasakan lebih sebagai ganjaran daripada sebagai hukuman, dan sebagai akibatnya siswa itu terus bertingkah laku menyimpang dengan tujuan menarik perhatian orang lain.
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih dan menerapkan penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu, bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan siswa tertentu:
  1. melihat petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
  2. melihat petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan atau tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan
  3. memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada siswa yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran, marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan suatu dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan, yaitu:
·         penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
·         penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
·         penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman perlu dikenali.
Beberapa keuntungan ialah:
  1. Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
  2. Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
  3. Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman:
  1. Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
  2. Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
  3. Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
  4. Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
  5. Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
Disamping itu, dalam melaksanakan hukuman itu guru harus sudah mempertimbangkan hal-hal atau akibat yang mungkin terjadi dan guru harus sudah siap pula menanggulangi apa yang mungkin terjadi itu. Lebih jauh disarankan agar guru juga mampu memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang baik sambil sekaligus mampu menahan pemberian penguatan atau hukuman terhadap tingkah laku yang tidak disukai.
Pembicaraan tentang pendekatan pengubahan tingkah laku dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Mengabaikan tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukkan persetujuan atas tingkah laku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan tidak langkah yang baik bagi siswa-siswa di kelasnya.
  2. Menunjukkan persetujuan atas tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci dari pengelolaan kelas yang efektif.
Kesimpulan-kesimpulan diatas dapat diartikan sebagai berikut:
  1. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku siswa yang lebih baik didalam kelasnya.
  2. Menghukum tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
  3. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi pengelolaan kelas yang efektif.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat kita simpulkan beberapa hal :
1.      Keharmonisan hubungan antar guru dan siswa harus tetap di jaga begitu juga antar siswa dengan siswa agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif.
2.      Dalam melakukan pendekatan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah perlu sekali untuk menggunakan beberapa pendekatan dalam pengeloalaan kelas antara lain :
a)      Pendekatan Kekuasaan
b)      Pendekatan Ancaman
c)      Pendekatan Kebebasan
d)     Pendekatan Resep
e)      Pendekatan Pengajaran
f)       Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
g)      Pendekatan Kerja Kelompok
h)      Pendekatan Sosio-Emosional
i)        Pendekatan Elektis atau Pluralistik




DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Azhar, Drs. Lalu, 1993, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia.
Soetomo, Drs., 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha Nasional, Surabaya, Indonesia.
Rulam, Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku dalam Pengelolaan Kelas, Makalah Online
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi
……………….Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas, Makalah Online
……………….Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas, Makalah Online
………………Latar Belakang Mengapa Pengelolaan Kelas itu Penting, Makalah Online

0 komentar:

Posting Komentar